Puanass... maklum gerobak jerman ini jalan tanpa AC, ada juga Angin Cemilir-cemilir, jadi harus buka kaca saat ngantri di bangjo.
Kebetulan begitu meluncur turun dari jalan layang surapati, di prapatan tamansari aku ngantri. Weleh..mbandung ternyata juga sudah hareudang nyak.
Tengok sebelah kanan, seekor monyet sedang menari kesana kemari, entah suka atau duka mahluk ini. In action mengikuti instruksi empunya. Dari mulai pakai topeng, main gitar, naik sepeda sampe kawasaki ninja...weeeh...mantaplah pokoknya.
Sang empunya dengan tanpa ekspresi...(soal ekspresi kayaknya sama dengan ”asuhannya”..) menabuh kotak sekalian jadi tempat duduknya plus kencrengan di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya menarik...mengulur sang pemain ..Nenek moyangnya Darwin alias monyet. Kalau aku jelas bukan soalnya silsilah keluargaku jelas dan penciptaku jelas dan menuangkannya dengan jelas proses terjadinya manusia. Beda dengan Mazhab Darwin..
Beberapa saat setelah action, monyetpun mengulurkan kaleng, para penonton yang tertarik ( atau iba..? ) melemparkan seratus, dua ratus atau seribu..dua ribu. Setelah itu tali kekang dari rantaipun ditarik oleh empunya, monyet balik kanan ( kadang kiri) menuju empunya. Kacang atau pisang dilempar dan dengan sigap di tangkap oleh si monyet. Duduk dan menikmati reward, sambil nunggu episode lampu merah berikutnya.
Terus itu terjadi hari kemarin, hari ini, besok, lusa, besoknya lagi, lusanya lagi...minggu depan, bulan, tahun depan........sampaaaiiiiiii..monyet loyo atau siempunya sudah merasaa cukup untuk tidak lagi memperkerjakan monyet... Pensiunlah ceritanya.
Maka akan ada lagi generasi baru mengikuti siklus seperti cerita Kethek Ogleng diatas.
Apa perlunya cerita ini ? Hehehehe..jangan remehkan si kethek ogleng, menurut mazhab Darwinisme...gitu-gitu juga dia keturunan (katanya) Darwin.
Bagi kita dia mahluk ciptaan Alloh juga.
Coba introspeksi diri kita...sok jangan malu-malu.
Hari ini kita berangkat kerja jam 8, pulang jam 5 sore, dan cuma bergeser waktu aja yang gak sama.
Kemarin ? Sama
Dua hari lalu ? Sama
Besok ? Insya Alloh Sama
Besoknya lagi ? Insya Alloh Sama juga..
Minggu depan ? Insya Alloh Sama
Bulan depan ? Insya Alloh Sama
Tahun depan ? lagi-lagi Insya Alloh Sama..
Tahun depannya lagi ? Yaa...Insya Alloh Samaaaaaa...
Ditempat kerja, kita bekerja sepenuh hati, penuh loyalitas, integritas sehingga atasan kita menjadi puas dengan pekerjaan kita. Maka Insya Alloh selain gaji rutin tiap bulan, pada masa tertentu kita dapat rewards, entah itu kenaikan pangkat, bonus atau hadiah tertentu. Maka tiap hari kita pulang dengan mengucap Alhamdulillah.....
Dan ketika by chance kita melakukan kesalahan, maka ada punishment yang dijatuhkan ke kita. Warning atau SP atau penundaan kenaikan pangkat dlsbgnya. Tapi tetap Alhamdulillah, tidak ada pengurangan gaji... kalau ada waaah cilaka bro ...
Terus, apa hubungannya antara kethek ogleng dengan kisah kita ?
Bukan mau neyepelekan apa yang kita dapat...wong akupun masih di lingkungan sampeyan semua...lingkungan korporat, pabrik...
Yang intinya adalah kita semua diikat oleh aturan, waktu dan keterbatasan. Apa yang kita peroleh masih tergantung kepada atasan kita atau pemilik usaha.
Aku Cuma pengin introspeksi diri, ternyata duniaku sama dengan dunia kethek ogleng tadi, betapapun gagahnya kita, pinternya kita, berprestasinya kita, kalau kendali yang punya duit, atau bos kita menarik kita untuk diam di tempat...maka we have no choice, kecualai kita ambil langkah seribu...alias kabur ..hehehehe ( Jadi setuju bang Arfan..hidup adalah pilihan.._
Tapi itu kan beresiko dan perlu dipikirkan mateng-mateng. Whatever lah.. suwer, ini perenungan buat aku pikirin sendiri, dan kalau ada yang sepakat ya monggo, kalau ada yang gak sepakat yaa..punten, nyuwun ngapunten.....
Jadi emang bener kata Robert T Kyosaki dalam bukunya Cash Flow Quadrant, ketika kita berada pada quadrant kiri, maka kita sama sekali tidak bisa mengendalikan situasi, kita pada posisi yang dikendalikan.
Bagi yang penghasilannya kecil, maka selain terbelenggu dengan pengasilan (ekonomi) ditambah terbelenggu kebebasan. Bagi yang berpenghasilan besar, maka segala kecukupan ekonominya terpotong dengan belenggu kebebasannya.
Mohon dicatat, makna kebebasan disini adalah dalam konteks positif.
Kuadran kiri dalam konsep Robert T Kyosaki adalah E dan S singkatan dari Employee dan Self Employee. E ini kayak aku ini..dan Self Employe itu kayak para dokter, pengacara dll sejenisnya. Yang kedua kelompok ini ketika dirinya tdk mampu atau berhalangan, maka selesailah sudah penghasilannya.
E..kalau sakit..mangkirlah dia..gaji gak dibayar..minimal insentif hadir hangus
S... pengacara jagoan, mulutnya sariawan, bibirnya njeding...gak bisalah masuk pengadilan melakukan pembelaaan... SO.???
Atau..dokter spesialis dengan sederet gelar... meriang aja ..maka lewatlah panghasilan prakteknya hari itu... ... SO.???
Ini yang jadi perenungan ku...jadi sekali-sekali bukan menyepelekan duniaku sendiri..hehehe.
Lha terus..gimana dengan kuadran kananya Robert T Kyosaki ? ada...baca bukunya dia, dari mulai Rich Dad Poor Dad, Cash Flow Quadrant, Bussines School, Retire Young Retire Rich....dll.
Punten bukan lagi ngiklan...tapi dari sana kita bisa menilai dimana posisi kita dan mau kemana kita ke depan...wuih gagahe rek le ngomong..
Hahahahaha...Salam
No comments:
Post a Comment