Monday, July 26, 2010

TANDA TANGAN HADIR ANGGOTA DEWAN

Akhir-akhir ini cukup ramai di pemberitaan tentang minimnya kehadiran fisik para anggota DPR pada sidang paripurna. Wah…rame juga perdebatannya, dari mulai pembahasan tatib, pendefinisian “hadir” sampai relevansi kehadiran beliau di sidang paripurna. Sampai-sampai muncul pernyataan atau pendapat bahwa yang penting itu bukan kehadiran, tapi output yang dihasilkan oleh DPR. Waahh…hebat ya para wakil rakyat ni… siplah,pantas jadi anggota dewan…

Ada yang menarik dari wawancara di TV, yang sempet aku denger kata beliau, salah satu anggota dewan, ada kewajiban hadir dan menanda tangani daftar hadir pada rapat paripurna, kurang lebih seperti itulah di wawancara itu. Jadi para anggota dewan yang terhormat itupun rame-rame menandatangani daftar hadir, lalu dengan alasan yang tepat, misalnya menghadiri rapat lain, maka beliaupun tidak masuk ke ruang paripurna, tapi ada di ruang lain ( rapat yang juga penting..)

Yang asik lagi berkali-kali terucap “ anggota dewan itu jangan disamakan dengan buruh pabrik…yang harus cap jempol..kerennya finger print, untuk mengontrol kehadiran… kalau buruh pabrik, gak ngabsen dipotong gaji..dstnya…”

Duh biyung…apa gak malu menganalogkan anggota dewan dengan buruh pabrikGak level to.. Jelas banyak bedanya…

Salah satunya ini bedanya, pada umumnya buruh pabrik gak berani nitip tanda tangan atau lebih-lebih pinjem jempol temennya untuk ngabsen…. Dan mereka konsekuen, kalau gak muncul batang hidungnya yan gak ngethok..atau cap jempol.. Simpel kan ?

Jadi maksudku, kalau memang gak bisa hadir dan harus hadir di pertemuan lain ( yang pasti juga penting…) maka ya udaaah..,jangan nitip absen atau tanda tangan thok terus pergiitu namanya manipulasi, apapun alasanya…

Quote of the day: emang jujur itu berat, tapi tetep harus dilakonin….

Simpel kan ?

No comments:

Post a Comment