Thursday, July 22, 2010

POST POWER SYNDROME




Post Power Syndrome atau Sindrom pascapensiun atau sindrom masa purnabakti merupakan gejala atau tanda-tanda yang memperlihatkan kondisi seseorang mengalami ketidaksiapan mental dalam menghadapi kenyataan yang tengah, dan bakal ia hadapi.

Pada umumnya, situasi dan kondisi tersebut terjadi atau menimpa orang-orang yang sebelumnya masih aktif dalam satu institusi sipil maupun militer, dengan segala bentuk fasilitas dan kemampanannya. Kemudian, secara tiba-tiba saja dan seolah-olah "dipaksakan", ia harus "rela" melepaskan kemapanan yang selama ini senantiasa melekat dan menjadi kebanggaan pada dirinya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_pascapensiun )


Hmm..ini yang biasanya terjadi ketika kita terlepas dari zoba kenyamanan selama ini, segalanya bisa menjadi serba salah. Bayangin yang biasanya kita bangun pagi bersiap diri untuk menuju arena kerja, dengan segala tantangan dan kenikmatannya, pagi itu kita bangun dengan perasaan tidak harus kemana-mana… Bagi para juragan biasanya nyiapain meeting, evaluasi, merancang action kedepan…dlsbgnya…tiba-tiba
…hhhhhh…hening . Akhir bulan biasanya ada gaji masuk ke rekening…pagi ini….hehehe…???.
Itu semua hampir pasti terjadi pada diri kita, cuma bobot syndromnya aja yang berbeda. Bagi kalangan top management barangkali masih terhibur dengan jumlah pundit-pundi di safe deposit di bank, atau investasi yang sudah cukup untuk dinikmati dengan keluarga, karena barangkali pesangon yang cukup, gaji jauuuuuuh diatas inflasi, atau memang keturunan tuan tanah…so masih mendinganlah, meski ada hal lain yang hilang dan cukup membuat syndrome…yaitu respektasi.. Gimana mungkin yang biasanya di kantor dihormati, disegani bahkan dilayani…wis pokonya gitulah.. Hari itu merasa harus sendiri, tidak ada lagi ucapan selamat pagi..siang.. atau sapaan ..pulang pak..?? apalagi kalo di pintu masuk ada sekretaris yang selalu mensupport pekerjaan kita....weeeh... Hari itu kita cuma dapat si mbok dirumah...hehehehe..
Buat para blue colar...pun terjadi hal yang kurang lebih sama. Biasanya di tempat kerja bertemu dengan rekan..ngopi..bincang kenaikan gaji, kenaikan bbm, promosi dllnya... atau bahkan ditepuk oleh boss nya dengan ucapan manis.. pagi pak, gimana keluarga ? waahh..itu berharga banget, atau bahkan sesekali bos melotot karena target produksi gak tercapai...itulah isi kehidupan saat itu. Lah..terus pagi ini ketika semuanya itu sudah terlepas. Bangun pagi...sholat subuh, mandi terus....??????... maka perlahan depresi mulai merasuki badan, apalagi kalau pesangonnya sekedarnya saj ..yaaa sesuai aturan undang-undanglah...tapi kan itu cuma sekali.....
Ok bro...tapi itu bukan kiamat !
Alloh mengatur rizki untuk ciprtaannya, don’t worry about that.. sepanjang kita mengikuti perintahnya Insya Alloh post power syndrome ini bisa di minimalis, secara batiniah, itulah saat kita bisa lebih fokus dengan tugas utama kita sebagai manusia : Beribadah kepadaNYA…! Itu thok !!

Secara lahiriah, kita punya banyak waktu untuk berkreasi, tidak ada kata terlambat dalam berkreasi, berkarya sehingga bisa membuahkan hasil buat kita, keluarga dan masyarakat..

Hehehe…lagi-lagi aku mau singgung cash flow quadrant , kalau kita ada di kuadran kanan…maka tidak ada istilah post power syndrome…karena di kuadran kanan sana tidak ada istilah pensiun…apalagi PHK…cari kuadaran kanan yuk ah..
Gak percaya ? baca deh bukunya…

Tip :
Beberapa langkah yang disarankan dan dapat ditempuh dalam menyiasati sindrom ini, adalah sebagai berikut:1)
1. Pembekalan diri secara fisik, mental dan spiritual, serta yakinkan dalam diri sendiri, bahwa kelak bilamana masa pensiun itu tiba "saya telah siap dan harus siap".
2. Persiapkan diri sejak dini, apa yang harus dan akan saya lakukan setelah memasuki masa pensiun (Plan),
3. Apa yang hendak saya kerjakan sekarang sebagai bahan persiapan, melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi lagi, ataukah mengumpulkan modal kerja (Do), kemudian
4. Lakukan inventarisasi aset, sekarang apa yang sudah saya miliki sebagai langkah awal (Check),
5. Lakukan tindakan nyata sebagaimana tertuang dalam rencana dan aset yang dimiliki, lalu lakukan verifikasi dan evaluasi ulang (Action).
1) Stress Management: "101 Jurus Jitu Menyiasati Stres pada 2010 hingga 2012"; HS Harding; Deka, Bandung, 2009.





No comments:

Post a Comment